MAKALAH ILMU SOSIAL
DASAR
KEPENDUDUKAN, MASALAH DAN ALTERNATIF PENANGGULANGAN
KEPENDUDUKAN, MASALAH DAN ALTERNATIF PENANGGULANGAN
ABDUL HAKIM M
20414026
1IC03
UNIVERSITAS GUNDARMA
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat serta izinnya kami telah menyelesaikan makalah
ilmu sosial dasar yang berjudul “Kependudukan, masalah dan alternatif
penanggulangan”.
Dalam proses
pendalaman materi ini, penulis menyatakan rasa terima kasihnya kepada Ibu
Ratna Komala selaku dosen mata kuliah “Ilmu Sosial Dasar” serta teman-teman
sekelas 1IC03 jurusan Teknik Mesin di Universitas Gunadarma yang telah banyak
memberikan semangat serta masukannya dalam penyusunan makalah ini.
Demikian makalah ini
saya buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata pelajaran soft skill dan
untuk menambah wawasan penulis serta pembaca sekalian.
Jakarta, 30 November 2014
Hormat kami,
(Penulis)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan
penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang
meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan sebagainya. Dengan
adanya pertumbuhan aspek-aspek kehidupan tersebut, maka bertambahnya sistem
mata pencaharian hidup dari homogen menjadi kompleks.
Berbeda
dengan makhluk lain, manusia mempunyai kelebihan dalam kehidupan. Manusia dapat
memanfaatkan dan mengembangkan akal budinya. Pemanfaatan dan pengembangan akal
budi telah terungkap paad perkembangan kebudayaan, baik kebudayaan yang
bersifat rohaniah, maupun kebudayaan kebendaan.
Akibat dari
kebudayaan ini telah mengubah cara berpikir manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sehubungan dengan hal tersebut dalam pokok bahasan ini akan ditelaah
mengenai pertumbuhan penduduk, perkembangan kebudayaan dan timbulnya
pranata-pranata akibat perkembangan kebudayaan.
1.2.Tujuan
Ilmu Sosial
Dasar memiliki tujuan pembinaan mahasiswa agar memahami dan menyadari adanya
kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-masalah sosial yang ada di dalam
masyarakat. Memahami jalan pikiran para ahli dari bidang ilmu pengetahuan lain
dan dapat berkomunikasi dengan mereka. Peka terhadap masalah-masalah sosial dan
tanggap untuk turut serta dalam usaha-usaha penanggulangannya. Memberikan pengetahuan
dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk
mengkaji dan menyadari setiap masalah sosial dan gejala sosial yang timbul
dalam masyarakat selalu bersifat kompleks dan hanya bisa memahaminya secara
kritis. Dan yang paling penting adalah membantu perkembangan wawasan penalaran
dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan yg lebih luas dan ciri
kepribadian yang diharapkan dari sikap mahasiswa, khususnya berkenaan dengan
sikap dan tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia-manusia lain, serta
sikap dan tingkah laku manusia-manusia lain terhadap manusia yang bersangkutan
secara timbal balik.
1.3. Manfaat
Ilmu sosial
dasar adalah mata kuliah softskill yang merupakan mata kuliah wajib diberikan
di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Mata kuliah bertujuan untuk
mengembangkan kepribadian mahasiswa dan mahasiswi, berbeda dengan mata kuliah
bantu adalah yang bertujuan untuk menopang keahlian dalam disiplin ilmunya.
Ilmu Sosial Dasar merupakan suatu usaha yang dapat diharapkan memberikan
pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang gejala-gejala sosial agar daya
tanggap mahasiswa dalam menghadapi lingkungan sosial dapat ditingkatkan,
sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungan sosialnya menjadi lebih besar.
Ilmu Sosial
Dasar bukan mata kuliah utama tetapi sifatnya wajib. Karena mata kuliah ini
ditujukan agar kita dapat aktif ditengah-tengah lingkungan kita saat ini maupun
di masa yang akan datang nanti. Mata kuliah ini bukanlah suatu disiplin ilmu
tetapi lebih merupakan kajian yang sifatnya multi interdisipliner (membuat
seseorang atau beberapa mahasiswa yang disiplin dan dapat berpikir dewasa).
Dengan
memiliki dan menerapkan sikap tersebut dapat memudahkan mahasiswa dalam
menghadapi kehidupan di luar dan di dalam kampus, mengajarkan bagaimana cara
untuk menjaga hubungan sosial agar tetap harmonis dan baik, dan penerapan ilmu
sosial dasar juga dapat bermanfaat untuk di dunia kerja nanti.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pertumbuhan Penduduk
2.1. Perkembangan Penduduk Dunia dengan Menggunakan
Tabel
Tahun
|
Jumlah
Penduduk
|
Perkembangan
per-tahun
|
1830
|
1 milyar
|
-
|
1930
|
2 milyar
|
1%
|
1960
|
3 milyar
|
1,7%
|
1975
|
4 milyar
|
2,2%
|
1987
|
5 milyar
|
2%
|
1996
|
6 milyar
|
2%
|
2006
|
7 milyar
|
2%
|
Dilihat dari
tabel di atas pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
yang cukup pesat.
2.2. Penggandaan Penduduk Dunia dengan Menggunakan
Tabel
Tahun
Penggandaan
|
Perkiraan
Penduduk
|
Waktu
|
800 SM
|
5 juta
|
-
|
1650 SM
|
500 juta
|
1500
|
1830 SM
|
1 milyar
|
180
|
1930 SM
|
2 milyar
|
100
|
1975 SM
|
4 milyar
|
45
|
1986 SM
|
5 milyar
|
22
|
Dilihat dari
tabel di atas penggandaan penduduk terjadi secara cepat dalam kurun waktu yang
cukup singkat.
2.3. Faktor-Faktor Demografi yang Mempengaruhi
Pertambahan Penduduk
Pertumbuhan
penduduk di dunia makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan yang
meliputi aspek sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan sebagainya. Dengan
demikian, maka bertambahlah sistem mata pencaharian hidup menjadi lebih
kompleks. Secara umum ada tiga faktor utama demografi yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, di antaranya sebagai berikut:
1. Kelahiran (Fertilitas)
Kelahiran
adalah istilah dalam demografi yang mengindikasikan jumlah anak yang dilahirkan
hidup atau dalam pengertian lain fertilitas adalah hasil produksi yang nyata
dari fekunditas seorang wanita. Berikut ini penjelasan mengenai pengukuran
fertilitas:
1. Pengukuran fertilitas tahunan adalah
pengukuran kelahiran bayi pada tahun tertentu dihubungkan dengan jumlah
penduduk pada tahun tersebut. Adapun ukuran-ukuran fertilitas tahunan adalah:
o
Tingkat
fertilitas kasar (crude birth rate) adalah banyaknya kelahiran hidup pada satu
tahun tertentu tiap 1.000 penduduk.
o
Tingkat
fertilitas umum (general fertility rate) adalah jumlah kelahiran hidup per 1000
wanita usia reproduksi (usia 14-49 atau 14-44 tahun) pada tahun tertentu.
o
Tingkat
fertilitas menurut umur (age specific fertility rate) adalah perhitungan
tingkat fertilitas perempuan pada tiap kelompok umur dan tahun tertentu.
o
Tingkat
ferlititas menurut ukuran urutan penduduk (birth order specific fertility
rates) adalah perhitungan fertilitas menurut urutan kelahiran bayi oleh wanita
pada umur dan tahun tertentu.
1. Pengukuran fertilitas kumulatif
adalah pengukuran jumlah rata-rata anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan
hingga mengakhiri batas usia suburnya. Adapun ukurannya adalah:
o
Tingkat
fertilitas total adalah jumlah kelahiran hidup laki-laki dan perempuan jumlah
tiap 1.000 penduduk yang hidup hingga akhir masa reproduksinya dengan catatan
tidak ada seorang perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa
reproduksinya dan tingkat fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode
waktu tertentu.
o
Gross
reproduction rates adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh 1.000
perempuan sepanjang masa reproduksinya dengan catatan tidak ada seorang
perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa produksinya.
1. Kematian (Mortalitas)
Kematian
adalah ukuran jumlah kematian umumnya karena akibat yang spesifik pada suatu
populasi. Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per
1.000 individu per-tahun, hingga rata-rata mortalitas sebesar 9,5 berarti pada
populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun.
1. Perpindahan (Migrasi)
Migrasi
adalah peristiwa berpindahnya suatu penduduk dari suatu tempat ke tempat
lainnya. Dalam banyak kasus penduduk bermigrasi untuk mencari sumber cadangan
makanan yang baru untuk menghindari kelangkaan yang mungkin terjadi karena
datangnya musim dingin, mencari lapangan pekerjaan yang baru, dan juga mencari
hunian baru karena lingkungan sebelumnya telah over population.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertalitas penduduk:
1. Faktor
demografi, antara lain adalah:
1. Struktur umur.
2. Struktur perkawinan.
3. Umur kawin pertama.
4. Paritas.
5. Disrupsi perkawinan.
6. Proporsi perkawinan.
2.
Faktor non demografi, antara lain adalah:
1. Keadaan ekonomi penduduk.
2. Perbaikan status perempuan.
3. Tingkat pendidikan.
4. Urbanisasi dan industrialisasi.
2.4. Rumus Tingkat Kematian Kasar
Angka
Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1.000
penduduk pada pertengahan tahun tertentu (Data Statistik Indonesia-Angka
Kematian Kasar-Rumus), disuatu wilayah tertentu. Ada pun rumusnya sebagai
berikut:
Rumus:
CDR = D/P x K
CDR : Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar).
D : Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu.
P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu.
K : Bilangan konstan 1.000.
CDR : Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar).
D : Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu.
P : Jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu.
K : Bilangan konstan 1.000.
Umumnya data
tersedia adalah ”jumlah penduduk pada satu tahun tertentu” maka jumlah dapat
sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk dari 2 data dengan tahun berurutan,
maka rata-rata kedua data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah
tahun.
2.5. Rumus Tingkat Kematian Khusus
Angka
kematian khusus (Age Specific Death Rate/ASDR) yaitu angka yang menunjukkan
banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk pada golongan umur tertentu dalam
waktu satu tahun. Rumusnya adalah jumlah kematian pada umur tertentu dibagi
dengan jumlah penduduk umur tertentu pada pertengahan tahun dan dikalikan
dengan konstanta yang biasanya bernilai 1.000. Ada pun rumusnya sebagai
berikut:
Rumus:
ASDRx = Dx/Px x 1.000
ASDRx : Age Specific Death Rate (Angka Kematian khusus).
Dx : Jumlah Kematian pada umur tertentu selama satu tahun.
Px : Jumlah Penduduk pada umur tertentu.
1.000 : Konstanta (k).
ASDRx : Age Specific Death Rate (Angka Kematian khusus).
Dx : Jumlah Kematian pada umur tertentu selama satu tahun.
Px : Jumlah Penduduk pada umur tertentu.
1.000 : Konstanta (k).
2.6. Angka Kelahiran
Dalam demografi,
istilah tingkat kelahiran atau (Crude Birth Rate /CBR) dari
suatu populasi adalah jumlah kelahiran per 1.000 orang tiap tahun. Secara
matematika, angka ini bisa dihitung dengan rumus CBR = b/p(1000)); di mana n adalah
jumlah kelahiran pada tahun tersebut dan p adalah
jumlah populasi saat penghitungan. Hasil penghitungan ini digabungkan
dengan tingkat kematian untuk menghasilkan angka tingkat
pertumbuhan penduduk alami (alami maksudnya tidak melibatkan angka perpindahan
penduduk (migrasi).
Indikator
lain untuk mengukur tingkat kehamilan yang sering dipakai: tingkat
kehamilan total – rata-rata jumlah anak yang terlahir bagi tiap wanita
dalam hidupnya. Secara umum, tingkat kehamilan total adalah indikator yang
lebih baik untuk tingkat kehamilan daripada CBR, karena tidak terpengaruh oleh
distribusi usia dari populasi. Tingkat kehamilan cenderung lebih tinggi di
negara yang ekonominya kurang berkembang dan lebih rendah di negara yang
pertumbuhan ekonominya tinggi.
Rumus:
CBR = B/P x 1.000
CBR : Crude Birth Rate (Angka
Kelahiran Kasar).
B : Jumlah
Kelahiran (Birth).
P : Jumlah
Penduduk (Population).
1.000 :
Konstanta(k).
Metode lain
untuk menghitung tingkat kelahiran:
o
General
fertility rate (GFR) – mengukur angka kelahiran tiap 1.000 wanita yang berusia
15-45 tahun.
o
Standardised
birth rate (SBR) – membandingkan struktur usia-jenis kelamin.
o
Total
fertility rate (TFR) – jumlah rata-rata anak yang diperkirakan akan
dilahirkan seorang wanita sepanjang usia produktifnya untuk melahirkan.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat kelahiran:
o
Kebijakan pro-natalis dan anti-natalis dari
pemerintah.
o
Tingkat aborsi.
o
Struktur
usia-jenis kelamin yang ada.
o
Kepercayaan
sosial dan religius terutama berhubungan dengan kontrasepsi.
o
Tingkat buta
aksara pada wanita.
o
Kemakmuran
secara ekonomi (walaupun pada teorinya ketika sebuah keluarga memiliki ekonomi
yang baik, mereka mampu untuk membiayai lebih banyak anak, dalam praktiknya
kemakmuran ekonomi dapat menurunkan tingkat kelahiran).
o
Tingkat
kemiskinan – anak-anak dapat dijadikan sumber ekonomi pada negara berkembang
karena mereka bisa menghasilkan uang (tenaga kerja anak).
o
Angka
kematian bayi – sebuah keluarga dapat mempunyai lebih banyak anak jika angka
kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR) tinggi.
o
Urbanisasi.
o
Homoseksualitas
– pria dan wanita homoseksual hampir seluruhnya tidak menjadi ayah dan ibu,
mengurangi angka kelahiran tiap tahunnya.
o
Usia
pernikahan.
o
Tersedianya
pensiun.
o
Konflik.
2.7. Pengertian Migrasi
Migrasi
Penduduk / migrasi manusia adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke
daerah lain, berjarak jauh dan terbentuk dalam kelompok yang besar yang
tujuannya adalah menetap di suatu daerah. Migrasi melintasi perbatasan wilayah,
provinsi, negara, atau internasional. Secara historis gerakan ini nomaden,
sering menyebabkan konflik yang signifikan dengan penduduk pribumi dan
perpindahan mereka atau asimilasi budaya. Hanya beberapa orang nomaden telah
mempertahankan bentuk gaya hidup di zaman modern. Migrasi terus dalam bentuk
kedua migrasi sukarela dalam satu kawasan, negara, atau di luar dan migrasi
spontan (yang meliputi perdagangan budak, perdagangan manusia dan pembersihan
etnis). Orang-orang yang bermigrasi ke wilayah yang disebut imigran, sementara
pada titik keberangkatan mereka disebut emigran. Populasi kecil bermigrasi
untuk mengembangkan suatu wilayah dianggap batal penyelesaian tergantung pada
latar belakang sejarah, kondisi dan perspektif disebut sebagai pemukim atau
koloni, sementara populasi pengungsi oleh imigrasi dan kolonisasi disebut
pengungsi.
Migrasi
disebut juga dengan mobilitas penduduk yang definisi nya sama yaitu perpindahan
penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk terbagi dua yaitu
bersifat nonpermanen atau sementara misalnya turis baik nasional maupun manca
negara, dan ada pula mobilitas penduduk yang bersifat permanen atau menetap di
suatu daerah. Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi.
2.8. Macam-Macam Migrasi
1. Migrasi Intenasional
Migrasi
internasional terjadi jika perpindahan penduduk dilakukan melewati batas
negara. Dengan demikian perpindahan yang terjadi adalah perpindahan antanegara.
Adapun contoh-contoh migrasi intenasional adalah sebagai berikut:
1. Emigrasi
Emigrasi
adalah keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Pelakunya disebut
emigran.
1. Imigrasi
Imigrasi
adalah masuknya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Pelakunya disebut
imigran.
1. Remigasi
Remigrasi
adalah perpindahan penduduk dari suatu negara lain ke negara asalnya.
1. Migrasi Nasional
Migrasi
nasional merupakan perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari satu wilayah
ke wilayah lainnya, tetapi masih dalam kesatuan negara. Dengan kata lain,
migrasi nasional merupakan perpindahan penduduk antardaerah dalam negeri.
Adapun contoh-contoh migrasi intenasional adalah sebagai berikut:
1. Urbanisasi
Urbanisasi
adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Perpindahan ini biasanya terjadi
karena adanya daya tarik (pull factors) dari perkotaan dan daya dorong (push
factos) dari pedesaan.
1. Transmigrasi
Transmigrasi
adalah perpindahan penduduk dari daerah yang padat penduduknya ke daerah yang
jarang penduduknya. Pelakunya disebut transmigran. Jenis-jenis tansmigrasi
adalah sebagai berikut:
o
Transmigrasi
Umum
Transmigrasi
umum adalah transmigrasi yang dibiayai oleh pemerintah.
o
Transmigrasi
Spontan/Swadaya
Transmigrasi
spontan/swadaya adalah transmigrasi atas usaha dan keinginan masyarakat
sendiri.
o
Transmigrasi
Sektoral
Transmigrasi
sektoral adalah transmigrasi yang dibiayai oleh pemerintah daerah asal dan
daerah tujuan sebesar 50%.
1. Ruralisasi
Ruralisasi
adalah perpindahan penduduk dari kota ke desa.
1. Evakuasi
Evakuasi
adalah perpindahan penduduk dari tempat yang tidak aman ke tempat yang aman.
Perpindahan ini biasanya terjadi karena adanya bencana alam sekitar.
2.9. Proses Migrasi
1. Proses migrasi penduduk dari daerah
asal ke daerah tujuan
1. Dalam memilih daerah tujuan para
migran cenderung memilih daerah yang terdekat dengan daerah asal.
2. Kurangnya kesempatan kerja di daerah
asal dan adanya kesempatan kerja di daerah tujuan merupakan salah satu alasan
seseorang melaksanakan mobilitas penduduk.
3. Informasi yang positif dari sanak
saudara dan kerabat tentang daerah tujuan, merupakan sumber informasi yang
penting dalam pengambilan keputusan seseorang untuk berimigrasi.
4. Informasi yang negatif yang datang
dari daerah tujuan menyebabkan orang enggan untuk berimigrasi.
5. Makin besar pengaruh daerah
perkotaan terhadap seseorang, makin tinggi frekuensi mobilitas seseorang itu.
6. Makin tinggi pendapatan seseorang,
makin tinggi frekuensi seseorang itu.
7. Seseorang akan memilih daerah tujuan
dimana terdapat sanak saudara atau kenalan yang berada pada daerah tersebut.
8. Migrasi masih akan terjadi apabila
di suatu daerah ada bencana alam (banjir, gempa, tanah longsor, dan
sebagainya).
9. Orang yang berumur muda dan belum
berumah tangga lebih banyak mengadakan mobilitas daripada orang yang sudah
berusia lanjut dan berstatus menikah.
10. Makin tinggi pendidikan seseorang,
makin banyak melaksanakan mobilitas penduduk.
1. Migran di daerah tujuan:
1. Pada permulaan datang di daerah
tujuan, migran lebih memilih bertempat tinggal di dekat sanak saudara atau
teman yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
2. Kepuasan migran hidup di masyarakat
tertentu tergantung pada hubungan baik migran dengan masyarakat.
3. Kepuasan migran hidup di kota
tergantung pada kemungkinan migran mendapatkan pekerjaan dan pendidikan bagi
anak-anaknya.
4. Setelah beberapa lama bertempat
tinggal di daerah tujuan, seorang migran lebih cenderung memilih tempat tinggal
di dekat daerah dimana ia bekerja.
5. Keinginan untuk kembali ke daerah
asal tergantung kepada besar kecilnya kepuasan yang didapat di kota.
6. Migran di kota merupakan penolong
utama bagi migran baru dalam mencari pekerjaan dan pemodokan di kota.
2.10. Akibat Migrasi
Migrasi penduduk
akan memiliki akibat atau dampak positif dan negatif baik terhadap daerah asal
maupun daerah tujuan.
1. Dampak postif migrasi terhadap
daerah asal, antara lain:
o
Mengurangi
masalah pengangguran di daerah asal.
o
Meningkatkan
kualitas penduduk melalui pendidikan daerah tujuan.
o
Mengurangi
kepadatan penduduk bagi daerah yang penduduknya padat.
o
Memotivasi
pembangunan daerah asal karena penduduk telah melihat kemajuan daerah lain.
1. Dampak negatif migrasi
terhadap daerah asal, antara lain:
o
Mengurangi
tenaga kerja di daeah asal, terutama di daerah pertanian.
o
Mengurangi
tenaga yang potensial untuk membangun daerahnya.
o
Perilaku
yang tidak sesuai dengan norma daerah asal sering ditularkan dari daeah tujuan.
1. Dampak positif migrasi terhadap
daerah tujuan, antara lain:
o
Mengatasi
masalah kekurangan tenaga kerja di daerah tujuan.
o
Merangsang
pengembangan daerah bagi daerah yang jarang penduduknya.
o
Daerah
tujuan memperoleh keuntungan budaya dengan ditemukannya teknologi baru oleh
para pendatang.
1. Dampak negatif migrasi terhadap
daerah tujuan, antara lain:
o
Timbulnya
masalah pengangguran karena terlalu banyaknya pendatang.
o
Banyaknya
pendatang menimbulkan masalah tata kota.
o
Menimbulkan
permasalahan pemukiman kumuh.
o
Meningkatnya
polusi.
o
Meningkatnya
kriminalitas.
2.11. Jenis Struktur Penduduk
Ada tiga
jenis struktur penduduk :
1. Piramida Penduduk Muda
Piramida ini
menggambarkan komposisi penduduk dalam pertumbuhan dan sedang berkembang.
Jumlah angka kelahiran lebih besar daripada jumlah kematian. Bentuk ini umumnya
kita lihat pada negara-negara yang sedang berkembang. Misalnya: India, Brazil
dan Indonesia.
1. Piramida Stationer
Bentuk
piramida ini menggambarkan keadaan penduduk yang tetap (statis) sebab tingkat
kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi. Piramida penduduk
yang berbentuk sistem ini terdapat pada negara-negara yang maju seperti Swedia,
Belanda dan Skandinavia.
1. Piramida Penduduk Tua
Bentuk
piramida penduduk ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kelahiran yang
sangat pesat dan tingkat kematian kecil sekali. Apabila angka kelahiran jenis
kelamin pria besar, maka suatu Negara dapat kekurangan penduduk. Negara yang
bentuk piramida penduduknya seperti ini adalah Jerman, Inggris, Belgia dan Perancis.
2.12. Bentuk Piramida Penduduk Stasioner, Muda, dan
Tua
Gambar 1.1 Piramida struktur penduduk
muda, stasioner (sedang), dan tua.
2.13. Pengertian Rasio Ketergantungan
Rasio
Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah
penduduk berumur 0-14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas
dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun.
Rasio
ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan
Muda dan Rasio Ketergantungan Tua.
o
Rasio
Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun
dengan jumlah penduduk umur 15 – 64 tahun.
o
Rasio
Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke
atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.
Rasio
ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara
kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara
maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan
salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya
persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang
harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang
belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency
ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang
ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum
produktif dan tidak produktif lagi.
Semakin
tinggi usia muda dan usia tua, maka semakin besar rasio ketergantungannya.
Maksudnya adalah untuk dapat menghasilkan barang atau jasa membutuhkan beban
yang sangat tinggi sesuai permintaan. Ukuran rasio ketergantungan adalah
sebagai berikut:
o
DR <
62,33% adalah baik.
o
DR > 62,33%
adalah buruk.
Penggolongan
umur produktif sangat berpengaruh pada lapangan pekerjaan untuk dapat
menghasilkan produktivitas.
Penggolongan
menurut DW. Sleumar:
o
0-14
golongan belum produktif.
o
15-19
golongan kurang produktif penuh.
o
20-54
golongan produktif.
o
55-64
golongan tidak produktif penuh.
o
>65
golongan inproduktif.
Penggolongan
menurut Sumbarg:
o
0-15
golongan belum produktif.
o
15-65
golongan produktif penuh.
o
>65
golongan produktif berkurang.
Penggolongan
menurut Widjojo, Pullerd, dan John Clark:
o
0-14
golongan belum produktif.
o
15-64
golongan produktif.
o
>65
golongan tidak produktif.
B. Kebudayaan dan Kepribadian
3.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Kebudayaan di
Indonesia
Kebudayaan
suatu bangsa adalah cermin dari kepribadian bangsa yang bersangkutan. Setiap
masyarakat mempunyai sistem nilai dan kaidah sebagai konkretisasi. Nilai dan
kaidah berisikan harapan-harapan masyarakat perihal perilaku yang pantas dari
perilaku seseorang. Batas-batas tersebut menjadi suatu aturan dalam pergaulan
hidup.
Kepribadian
bangsa Indonesia yang ramah, tamah, suka menolong, memiliki sifat
gotong-royong, artinya ciri umum dari sekian banyak kepribadian suku-suku
bangsa yang berada di Indonesia dan terpatri menjadi ciri khas kepribadian
bangsa Indonesia itu sendiri.
3.2. Kebudayaan Hindu, Budha, dan Islam
1. Zaman Batu sampai Zaman Logam
Berdasarkan
pendapat-pendapat para ahli prehistoris, bahwa zaman batu terdapat
menjadi Zaman Batu Tua (Palaeolithikum) dan Zaman Batu Muda
(Neolithikum), perbedaan antara keduanya adalah pada zaman batu muda kehidupan
sudah menetap dan adanya revolusi alat-alat keperluan penunjang kehidupan karena
mereka telah mengenal dan memiliki kepandaian mengecor/mencairkan logam dari
bijih besi dan menuangkan ke dalam cetakan dan mendinginkannya. Kepandaian yang
dimiliki pada zaman batu muda itulah yang menjadi awal mulanya zaman logam,
yang jelas pada kenyataannya bahwa Indonesia sebelum zaman Hindu telah mengenal
kebudayaan yang tinggi derajatnya.
1. Kebudayaan Hindu dan Budha
Pada abad
ke-3 dan ke-4 agama Hindu masuk ke Indonesia, perpaduan dan akulturasi antara
kebudayaan setempat berlangsung luwes dan mantap. Dan sekitar abad ke-5,
agama/ajaran Budha masuk ke Indonesia. Ajaran Budha dikatakan berpandangan
lebih maju, karena tidak menghendaki adanya kasta-kasta di masyarakat. Namun
walau demikian, kedua agama itu tumbuh dan berkembang berdampingan secara
damai.
1. Kebudayaan Islam
Pada abad
ke-15 dan ke-16 agama Islam telah dikembangkan di Indonesia oleh para
pemuka-pemuka Islam yang disebut Wali Songo. Masuknya Islam ke Indonesia,
teristimewa ke Pulau Jawa berlangsung dalam suasana damai, hal ini disebabkan
tidak adanya paksaan dan adanya sikap toleransi yang dimiliki bangsa kita.
Agama Islam berkembang pesat di Indonesia dan menjadi agama yang mendapat
penganut dari sebagian besar penduduk Indonesia.
4.1. Kebudayaan Barat
Unsur
kebudayaan yang juga memberi warna terhadap corak lain dari kebudayaan dan
kepribadian bangsa Indonesia adalah kebudayaan Barat, yang berawal ketika kaum
kolonialis/penjajah masuk ke Indonesia, terutama Belanda. Mulai dari kekuasaan
perusahaan dagang Belanda (VOC) dan berlanjut dengan pemerintahan kolonialis
Belanda, di kota-kota provinsi, kabupaten muncul bangunan-bangunan bergaya
arsitektur “Barat”. Dalam kurun waktu itu juga, muncul dua lapisan sosial,
yaitu:
1. Lapisan sosial yang terdiri dari
kaum buruh
2. Lapisan sosial dari kaum pegawai
Dalam
lapisan sosial yang kedua inilah pendidikan Barat di sekolah-sekolah dan
kemahiran bahasa Belanda menjadi syarat utama untuk mencapai kenaikan kelas
sosial. Dan masih juga sebagai pengaruh kebudayaan Eropa ke Indonesia adalah
masuknya agama Katolik dan Kristen Protestan, yang biasanya disiarkan dengan
sengaja oleh organisasi-organisasi agama (Missie untuk Katolik dan Zending
untuk Kristen).Sudah menjadi watak dan kepribadian Timur pada umumnya, bahwa
dalam menerima setiap kebudayaan yang datang dari luar, tidaklah mengabaikan
kebudayaan yang telah dimiliki sebelumnya, tetapi disesuaikanlah kebudayaan
baru itu dengan yang lama.
Sehubungan
dengan itulah, penjelasan Undang Undang Dasar 1945 memberikan rumusan tentang
kebudayaan bangsa Indonesia adalah: “kebudayaan yang timbul sebagai buah
usaha budi rakyat Indonesia seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang
terdapat sebagai puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh
Indonesia. Lebih lanjut, dalam penjelasan UUD 1945 itu juga ditunjukkan ke
arah mana kebudayaan itu diarahkan, yaitu menuju ke arah kemajuan adab, budaya,
dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru kebudayaan asing yang
dapat memperkembangkan kebudayaan bangsa Indonesia, serta mempertinggi derajat
kemanusiaan bangsa Indonesia.
BAB III
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Masalah
kependudukan adalah masalah yang paling penting dalam pembangunan suatu negara
karena ledakan penduduk dapat menghambat pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan.
Dengan pesebaran penduduk yang lebih merata sangat diharapkan untuk membantu
mengurangi berbagai beban sosial, ekonomi, dan lingkungan yang ditimbulkan
akibat tekanan kepadatan penduduk yang semakin meningkat. Di samping itu
pemerataan penduduk juga dimaksudkan untuk membuka dan mengembangkan lahan atau
wilayah baru guna memperluas lapangan pekerjaan dan memanfaatkan sumber daya
alam sehingga lebih bermanfaat. Jumlah penduduk yang lebih sedikit akan
memudahkan pemerintah untuk meningkatkan derajat hidup, kesehatan,
kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia maupun dunia. Dengan demikian hasil
pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, baik di wilayah
yang berkepadatan tinggi maupun di wilayah baru.
Daftar Pustaka
0 komentar:
Posting Komentar